Categories
Travel

Antara Derasnya Cikaso dan Ketegangan Plinko

Udara pagi di Air Terjun Cikaso terasa segar menusuk kulit. Kabut tipis menari di antara pepohonan, sementara gemuruh air jatuh dari ketinggian menciptakan simfoni alam yang memukau. Aku berdiri di pinggir batu besar, membiarkan cipratan air membasahi wajah — seolah alam sedang menegurku dengan lembut, “Hei, lepaskan penatmu.”

Di sela suara alam, ada satu hal yang tak kalah menegangkan: Plinko di ponselku. Ya, siapa sangka aku bisa memadukan dua sensasi sekaligus — keindahan alam dan adrenalin permainan?

Sambil duduk di tepi batu, aku menjatuhkan bola virtual Plinko itu. Bola kecil itu memantul-pantul acak di layar, seperti aliran air yang menabrak batu di hadapanku. Hatiku ikut terpental setiap kali bola hampir jatuh ke kolom besar berlipat ganda. Dan saat akhirnya mendarat di ×10, aku spontan bersorak — suaraku tenggelam dalam riuhnya air terjun.

Temanku menertawakan ekspresi tegangku. “Kamu main Plinko aja mukanya kayak taruhan hidup,” katanya. Aku ikut tertawa. Mungkin benar — tapi di saat itu, hidup terasa sederhana: hanya aku, alam, dan sensasi ketegangan kecil yang justru membuatku merasa hidup.

Air terjun Cikaso mengajarkan sesuatu: kadang, hidup adalah tentang menjatuhkan bola, membiarkannya memantul di antara rintangan, dan menikmati setiap detiknya — entah hasil akhirnya besar atau kecil.

Sama seperti Plinko, hidup bukan tentang kendali, tapi tentang keberanian menikmati setiap pantulannya.

Leave a Reply